Nuklir adalah
sebuah senjata pemusnah massal yang terjadi karena adanya reaksi nuklir dan
mempunyai daya ledak yang sangat tinggi. Senjata nuklir mampu menghancurkan
sebuah kota atau bahkan sebuah daerah dari satu negara, tergantung dari jenis
dan kekuatan senjata tersebut. Senjata Nuklir berkembang seiring perkembangan
teknologi yang memungkinkan jangkauan semakin jauh dengan didukung alat-alat
peluncur yang semakin canggih. Beberapa negara selain Amerika Serikat dan Rusia
sebagai negara adidaya dan representasi dua poros yang saling berlawanan saat
ini juga sudah mulai memiliki senjata nuklirnya sendiri, seperti China dan
Korea Utara. Bom nuklir pertama yang digunakan langsung dalam perang tentunya
dua bom atom yang dijatuhkan AS di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada
tahun 1945. Efeknya langsung mengakibatkan puluhan ribu orang tewas.
Hulu ledak
nuklir juga terdapat dan berada di sekitar Indonesia dan Asia Tenggara.
Meskipun begitu, wilayah Asia Tenggara dan beberapa wilayah lain masuk ke dalam
kategori bebas senjata nuklir sesuai dengan perjanjian-perjanjian yang melarang
negara-negara pada kawasan tersebut untuk diserang langsung dengan senjata
nuklir. Kawasan Eropa sendiri tidak masuk dalam kawasan bebas senjata nuklir,
mengingat beberapa hulu ledak nuklir tersedia di beberapa negara walaupun bukan
milik negara yang bersangkutan.
Sejarah nuklir,
kejadian pada kehidupan
sehari-hari, fenomena alam,
jarang sekali berkaitan dengan reaksi
nuklir. Hampir semuanya
melibatkan gravitasi dan elektromagnetisme. Keduanya adalah
bagian dari empat gaya
dasar dari alam, dan
bukanlah yang terkuat. Namun dua
lainnya, gaya nuklir lemah dan gaya nuklir
kuat adalah gaya yang
bekerja pada range yang
pendek dan tidak
bekerja di luar
inti atom. Inti atom
terdiri dari muatan positif yang
sesungguhnya akan saling menjauhi jika tidak ada suatu gaya yang menahannya.
Henri Becquerel pada tahun 1896
meneliti fenomena fosforesensi
pada garam uranium ketika ia menemukan sesuatu yang akhirnya disebut dengan radioaktivitas.
Pierre Curie,
dan Marie Curie mulai meneliti
fenomena ini. Dalam prosesnya, mereka mengisolasi unsur radium
yang sangat radioaktif. Mereka menemukan bahwa material radioaktif memproduksi
gelombang yang intens,
yang mereka namai dengan
alfa, beta, dan
gamma. Beberapa jenis
radiasi yang mereka temukan mampu
menembus berbagai material
dan semuanya dapat
menyebabkan kerusakan.
Seluruh peneliti radioaktivitas pada
masa itu menderita luka bakar
akibat radiasi, yang mirip
dengan luka bakar akibat
sinar matahari, dan
hanya sedikit yang memikirkan hal
itu. Fenomena baru
mengenai radioaktivitas diketahui
sejak adanya paten di
dunia kedokteran yang
melibatkan radioaktivitas. Secara
perlahan, diketahui bahwa radiasi
yang diproduksi oleh
peluruhan radioaktif adalah
radiasi terionisasi. Banyak peneliti radioaktif di masa lalu mati karena kanker sebagai hasil dari
pemaparan mereka terhadap radioaktif.
Paten kedokteran mengenai
radioaktif kebanyakan telah terhapus, namun
aplikasi lain yang
melibatkan material radioaktif
masih ada, seperti penggunaan garam radium untuk membuat
benda-benda yang berkilau. Sejak atom menjadi
lebih dipahami, sifat
radioaktifitas menjadi lebih
jelas. Beberapa inti atom
yang berukuran besar
cenderung tidak stabil,
sehingga peluruhan terjadi
hingga selang waktu
tertentu sebelum mencapai
kestabilan.
Tiga bentuk
radiasi yang ditemukan oleh Becquerel dan Curie telah
dipahami, peluruhan alfa terjadi ketika inti
atom melepaskan partikel alfa,
yaitu dua proton dan dua neutron, setara dengan
inti atom helium, peluruhan beta terjadi
ketika pelepasan partikel beta,
yaitu elektron berenergi tinggi, peluruhan gamma melepaskan sinar gamma, yang
tidak sama dengan radiasi
alfa dan beta,
namun merupakan radiasi elektromagnetik pada frekuensi dan energi
yang sangat tinggi. Dari ketiga jenis radiasi yang terjadi secara alami, radiasi sinar gamma adalah yang paling berbahaya dan sulit
ditahan. Pada radiasi nuklir alami, hasil sampingannya sangat kecil dibandingkan
dengan inti dimana
mereka dihasilkan.
Fisi nuklir adalah proses pembelahan inti
menjadi bagian-bagian yang hampir setara, dan melepaskan energi dan neutron dalam prosesnya. Jika neutron
ini ditangkap oleh
inti lainnya yang
tidak stabil inti tersebut akan membelah juga, memicu reaksi berantai. Jika
jumlah rata-rata neutron
yang dilepaskan per inti
atom yang melakukan
fisi ke inti
atom lain disimbolkan
dengan K, maka nilai K yang lebih
besar dari 1
menunjukkan bahwa reaksi
fisi melepaskan lebih banyak neutron dari pada jumlah yang
diserap, sehingga dapat dikatakan bahwa reaksi ini dapat berdirI sendiri. Massa minimum dari suatu material fisi yang mampu melakukan reaksi fisi berantai yang dapat berdiri sendiri
dinamakan massa kritis. Ketika neutron ditangkap oleh inti atom yang cocok,
fisi akan terjadi
dengan segera, atau
inti atom akan berada
dalam kondisi yang
tidak stabil dalam
waktu yang singkat.
Ketika ditemukan pada masa Perang Dunia II, hal ini memicu beberapa
negara untuk memulai program
penelitian mengenai kemungkinan
membuat bom atom,
sebuah senjata yang menggunakan reaksi
fisi untuk menghasilkan
energi yang sangat
besar, jauh melebihi peledak kimiawi.
Proyek
Manhattan, dijalankan oleh Amerika Serikat dengan bantuan Inggris dan
Kanada, mengembangkan senjata
fisi bertingkat yang
digunakan untuk melawan Jepang
pada tahun 1945.
Selama proyek tersebut, reaktor fisi pertama dikembangkan, meski
awalnya digunakan hanya
untuk pembuatan senjata
dan bukan untuk menghasilkan
listrik untuk masyarakat.
Namun, jika neutron
yang digunakan dalam reaksi
fisi dapat dihambat,
misalnya dengan penyerap
neutron, dan neutron tersebut masih menjadikan massa
material nuklir berstatus kritis, maka reaksi fisi dapat dikendalikan. Hal
inilah yang membuat reaktor nuklir dibangun. Neutron yang bergerak cepat tidak
boleh menabrak inti
atom, mereka harus diperlambat, umumnya
dengan menabrakkan neutron dengan
inti dari pengendali neutron sebelum akhirnya
mereka bisa dengan mudah
ditangkap. Saat ini,
metode seperti ini
umum digunakan untuk menghasilkan listrik. Jika inti
atom bertabrakan, dapat
terjadi fusi nuklir. Proses
ini akan melepas atau menyerap energi. Ketika inti
atom hasil tabrakan lebih ringan dari besi, maka pada umumnya fusi nuklir
melepaskan energi. Ketika inti atom hasil tabrakan lebih berat dari besi, maka
pada umumnya fusi
nuklir menyerap energi. Proses
fusi yang paling
sering terjadi adalah pada bintang, yang mendapatkan energi dari fusi hidrogen dan menghasilkan helium. Bintang-bintang juga
membentuk unsur ringan
seperti lithium dan kalsium melalui stellar nucleosynthesis. Sama halnya
dengan pembentukan unsur yang
lebih berat dan unsur
yang lebih berat
dari nikel hingga uranium, akibat
supernova nucleosynthesis,
proses-R. Tentu saja,
proses alami dari astrofisika ini bukanlah
contoh dari teknologi nuklir.
Karena daya dorong
energi yang tinggi dari inti
atom, fusi sulit untuk dilakukan dalam keadaan terkendali.
Sumber:
https://www.kompas.id/baca/internasional/2023/04/03/senjata-nuklir-yang-mengancam-sewaktu-waktu
https://p2k.unkris.ac.id/id1/1-3065-2962/Bom-Atom_25981_p2k-unkris.html
Penulis:
Nama: Apri Yendi
NIM: H1021201023
0 Komentar