Cari Blog Ini

ARTOPHYCS 2 (Juara 2 ) : Buat Kreasi Putu Mayang Pake Ilmu Fisika? Bisa Dong, Yuk Simak!

Buat Kreasi Putu Mayang Pake Ilmu Fisika? Bisa Dong, Yuk Simak!


Berbicara soal kue tradisional, pasti banyak banget yang tau jenis-jenisnya, kue yang berasal dari indonesia dibuat menggunakan cara tradisional yaitu dengan cara dipanggang atau dikukus bahkan dipanggang. Terlebih untuk salah satu kue tradisional yang amat orang cari-cari, yaitu kue putu mayang, siapa sih yang tidak tahu makanan tradisional ini yang sangat lezat dan rasanya itu buat orang-orang susah melupakannya. Kadang kala kue putu dimakan pada saat masih panas dan paling enak ketika hujan, gula merah dan tekstur serta rasanya yang khas begitu menggugah selera. Tapi, apakah teman-teman tau, Ternyata dalam membuat putu mayang bisa menggunakan ilmu sains bahkan ada fisikanya. 

Pasti teman-teman bertanya “Emang Bisa?” “Pasti nggak ada deh”. Pastinya ada dong, jadi untuk teknik pembuatan kue putu mayang ini bisa menggunakan Gastronomi Molekuler. Gastronomi Molekuler sendiri adalah seni memasak dengan sains. Sains dalam kuliner merupakan subdisiplin dari ilmu pangan. Molekuler gastronomi mempelajari perubahan molekuler dan transformasi fisika dan kimia dari bahan pangan selama proses memasak, serta fenomena sensoris pada saat menikmati santapan hidangan (F.G. Winarno & Sergio Andino Ahnan Winarno, 2017:7). Pada hal ini kata molekular sendiri dalam gastronomi molekuler berarti penerapan Teknik yang dikembangkan dalam ilmu fisika untuk menyelidiki proses kehidupan (Hervé This, 2009:577). Pada penerapannya molekular gastronomi juga bisa berawal dari persiapan bahan makanan hingga memasak dengan metode baru. Metode ilmiah yang digunakan juga meliputi pengamatan mendalam, pembuatan dan pengujian hipotesis, eksperimen terkontrol, objektivitas sains, dan reproduksibilitas eksperimen. 

Dapat dikatakan dengan ilmu fisika, kita bisa membuat suatu kreasi putu mayang yang awalnya hanya menggunakan cara tradisional, lalu menggunakan cara sains yaitu gastronomi molekuler. Mengapa harus berbeda? sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu sains sudah sangat meluas dan bahkan pada setiap kegiatan dan pembuatan kreasi barang maupun makanan sudah banyak menggunakan cara sains. Namun bukan berarti apa yang terjadi dihidup kita tak lepas dari sains, hanya saja yang dimaksudkan adalah perkembangan sains yang sudah sangat maju, maka dengan kreasi terbaru putu mayang bisa memiliki rasa yang lezat dari pada biasnya serta warna dan tekstur yang lebih bagus dan unik ketimbang menggunakan cara tradisional. Ilmu fisika dan sains tak hanya tentang bagaimana kita menurunkan rumus, mengerjakan soal-soal yang ada hitungannya. Fisika atau secara luas sains lebih dari itu, disini juga belajar tentang sebuah eksperimen untuk menciptakan suatu kreasi yang lebih dari biasanya, maka dari itu dengan adanya ilmu ini kita bisa mengkreasikan ilmu fisika atau bahkan sains untuk membuat sesuatu yang baru menjadi lebih menarik dari pada sebelumnya. 

Setelah banyak membahas pentingnya ilmu sains atau fisika pada pembahasan kali, pasti teman-teman sudah menanti bagaimana cara kerja prinsip teori ini, mari kita bahas aplikasi terapanya terlebih dahulu. Aplikasi terapan dalam teknik molekular gastronomi yang digunakan dalam kue putu mayang adalah proses “gelification”. Melalui proses ini, memungkinkan kue putu mayang disajikan dengan tampilan yang lebih cantik serta menarik dan juga dengan pengalaman makan yang berbeda dibandingkan dengan kue putu mayang yang diolah dengan teknik masak tradisional. Penerapan teknik ini juga mempercepat atau mempersingkat proses memasak pada kue putu mayang yang biasanya diolah melalui proses pengukusan yang memakan waktu lama untuk mendapatkan tekstur kue putu mayang yang diinginkan. Ketika menggunakan teknik ini, gelification menghilangkan tepung beras yang menjadi bahan utama pada teknik pengolahan tradisional, setelah melalui beberapa percobaan dengan tepung beras yang dirasa membuat tekstur kue putu mayang dengan teknik gelification menjadi rapuh dan menyebabkan tekstur yang berpasir ketika kue putu mayang dikonsumsi, sehingga tidak menggunakan tepung pada adonan kue putu mayang pada penelitian ini. Peranan tepung pada putu mayang diganti oleh karagenan yang dapat mengatur tekstur kekenyalan pada kue putu mayang dengan teknik gelification. Bahan utama yang tersisa pada pembuatan kue putu mayang dengan teknik gelification adalah santan, santan pada teknik ini berfungsi sebagai cairan yang akan dikentalkan sama halnya dengan teknik tradisional. Perbedaan mendasar dari hal ini adalah jika pada teknik pengolahan tradisional bisa menggunakan santan yang langsung diperas dari buah kelapa tua, sehingga pada proses pemasakannya santan harus dimasak sampai mendidih terlebih dahulu. Sedangkan pada teknik gelification harus menggunakan santan yang siap untuk disajikan atau santan yang sudah didalam kemasan karena pada teknik gelification santan tidak bisa dimasak sampai mendidih yang disebabkan oleh karagenan yang langsung mengental ketika terkena panas. 

Dari segi warna kue putu mayang dengan teknik gelification sedikit lebih menarik dari pada kue putu mayang yang diolah dengan teknik tradisional. Karena kue putu mayang dengan teknik gelification memiliki warna yang lebih cerah dan lebih terang dibandingkan kue putu mayang dengan teknik tradisional. Maka, dengan hasil seperti ini terbuktilah kreasi karya dengan menggunakan ilmu sains dan fisika untuk membuat suatu hal baru misalnya seperti pembuatan putu mayang menggunakan teori gastronomi molekuler dengan teknik gelification, yang menghasilkan kue  putu mayang yang sedikit banyaknya lebih menarik ketimbang menggunakan metode tradisional.

 Nama : Abang Ardhi Wiranto 

NIM : H1021201018 

Daftar Pustaka : Farhan Fairus Kamal, Herra Herryani, 2020, PENERAPAN TEKNIK MOLEKULAR GASTRONOMI PADA KOMBINASI BENTUK KUE PUTU MAYANG, 

http://ejournal.akpindo.ac.id/index.php/eduturisma/article/view/1178, AKPINDO.

Posting Komentar

0 Komentar